Minggu, 02 Desember 2018

Beli Karena Butuh



Sejak masa-masa kuliah, saya seringkali penasaran dengan orang-orang di sekeliling saya yang bisa mengatur keuangan dengan baik. Saya suka membaca tulisan-tulisan seputar manajemen keuangan yang muncul di majalah, koran dan juga di internet. Tidak jarang juga saya bertanya kepada diri sendiri "kok bisa ya punya tabungan segitu banyak? apa sebetulnya yang dilakukan? perasaan saya juga ga boros-boros amat", pikir saya saat itu, hehe..

Demi mendapatkan jawaban, saya mencoba berkomunikasi dengan orang-orang yang saya anggap berhasil mengatur keuangan dengan baik, sembari mengamati apa yang menjadi kebiasaan dari mereka. Termasuk ibu saya sendiri. Nah, sejak saat itu saya mulai sadar, "oh, ternyata contoh langsung ada di depan saya ya?". Sayangnya kesadaran ini tidak begitu saja saya terapkan. Butuh waktu berpuluh-puluh purnama untuk bisa benar-benar menerapkannya dengan baik, ckckckck...

Beli karena butuh, adalah kata yang benar-benar pas sebagai jawaban. Ya, persis dengan judul buku ini, seperti itu pula isi yang ada di dalamnya. Buku ini ditulis oleh seseorang yang memiliki hobi tulis menulis sejak belia. Andi Sri Wahyuni, seorang ibu rumah tangga yang menurut saya berhasil dalam mengatur keuangan, melihat dari kebiasaan hidupnya semasa kuliah. Menahan diri dari hal-hal yang biasanya dilakukan oleh teman-temannya. Dan di buku ini pula, ditulisnya bekal pengalaman hidupnya yang sederhana dengan keuangan tercukupi.

Membaca buku ini menjadikan saya semakin sadar bahwa saya harus bisa membuat batasan untuk merasa cukup dengan apa yang saya miliki dan tentu saja, saya bahagia memilikinya.

Bagian pertama buku ini berisi tentang refleksi antara kebutuhan dan keinginan. Mungkin banyak diantara kita yang pada saat jalan-jalan ke suatu tempat lantas membeli suatu barang yang sebelumnya tidak terpikirkan. Hanya karena, "ih lucu nih, kayaknya cocok deh dipake..", kita membelinya. Namun, setelah membelinya belum tentu juga dipakai atau hanya digunakan sesekali saja. Kejadian ini terus saja berulang sampai kita merasa sudah memiliki suatu barang tapi kok rasanya masih ada yang kurang ya. Ssst.. hati-hati, jangan-jangan ada yang salah dengan hal ini? 

Bagian kedua, kita diajak untuk mengkritisi diri sendiri terkait kebutuhan dan keinginan. Kenapa kebanyakan orang senang untuk membeli suatu barang padahal sudah memilikinya dengan berbagai tipe. "aduh.. kayaknya sayang banget deh kalo ga beli... ini kan lagi murah!", itulah kira-kira respon kebanyakan orang pada saat dibanjiri dengan diskon. Apakah kita perlu membelinya? dan kenapa pula kita harus membelinya? Nah.. kita perlu renungkan kembali.

Bagian ketiga berisi tentang pos-pos pengurang kantong. Di  bagian ini, penulis membawa kita untuk melihat seberapa besar fungsi barang yang kita miliki. Apakah dengan memiliki suatu barang baru bisa benar-benar memberikan manfaat untuk diri kita dan sekitar kita? Atau hanya sebagai penghias rumah dan pemuas keinginan semata? Karena tak dapat dipungkiri juga, ada berbagai alasan bagi perusahaan untuk membuat iklan sementereng mungkin agar menarik pembeli. 

Dan dibagian terakhir, tak lupa disajikan saran dalam mengelola keuangan. Ada baiknya kita membuat anggaran bulanan sebagai alat kontrol terhadap kebutuhan dan keinginan diri kita sendiri. Kita juga bisa mulai memperhatikan tempat perbelanjaaan sederhana di sekitar tempat tinggal. Apakah mereka berjualan hanya untuk meningkatkan kekayaan atau untuk memenuhi kebutuhan dalam menyambung hidup? Lantas apa yang kita pilih?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar