Senin, 19 Mei 2014

Bunga dan Batu



Perjalanan mengarungi kehidupan ini tak ubahnya perjalanan yang memperhadapkan kita pada dua hal: bunga dan batu. Pertama adalah bunga yang melambangkan hubungan harmonis yang selalu menebarkan keindahan. Kedua adalah batu yang melambangkan komunikasi buruk dimana kita dituntut untuk memecahkan masalah kemudian menemukan sebuah jalan baru agar kita bisa bertemu bunga kembali. Dua sisi yang berbeda ini selalu berjalan beriring. Kita tidak bisa memilih untuk menjalaninya salah satu. Karena, inilah kehidupan.
Memang tidak mudah ketika bertemu dengan batu sebagai hambatan. Tapi mau tidak mau kita harus melewatinya. Dan tenanglah! Banyak pelajaran yang dapat dipetik.
Bunga dan batu ini dapat membentuk ataupun mengubah sikap dan kepribadian yang menemukannya di perjalanan. Misalnya saja kesabaran dapat timbul dari dia yang awalnya tidak bisa bersikap sabar. Kedewasaan dapat muncul dari dia yang awalnya kekanak-kanakan. Ketegaran dapat muncul dari dia yang awalnya lemah. Keberanian dapat muncul dari dia yang awalnya penakut. Pengertian dan respek dari dia yang awalnya acuh.
Kondisi di atas tidak dapat muncul secara otomatis. Tapi melalui proses dan usaha. Ia tidak semata dilakukan dengan jalan positive thinking, namun positive feeling menjadi penting pula untuk dilakukan. Hasilnya adalah menjadi lebih mungkin bagi kita untuk mendapatkan perubahan sikap dan kepribadian yang lebih baik.
Hasil dari perpaduan hubungan yang harmonis dan mengalami masalah dalam sebuah hubungan membutuhkan kerjasama yang bersinergi dari mereka yang menjalaninya. Kerjasama yang bersinergi merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak, bukan berjalan sendiri-sendiri. Kerjasama yang bersinergi dapat dimulai dengan saling mendengarkan, saling memahami, saling menghargai, dan saling mendukung. Kerjasama yang bersinergi dan dilakukan dengan baik akan berbuah manis. Layaknya kutipan tentang kesabaran yang ditulis A.Fuadi dalam novelnya “Ranah Tiga Warna”, bahwa proses kesabaran itu memang tidak mudah dan kadang pahit, namun buahnya jauh lebih manis daripada madu.

Pekalongan, 17 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar