Perjalanan mengarungi kehidupan ini
tak ubahnya perjalanan yang memperhadapkan kita pada dua hal: bunga dan batu. Pertama
adalah bunga yang melambangkan hubungan harmonis yang selalu menebarkan
keindahan. Kedua adalah batu yang melambangkan komunikasi buruk dimana kita dituntut
untuk memecahkan masalah kemudian menemukan sebuah jalan baru agar kita bisa bertemu
bunga kembali. Dua sisi yang berbeda ini selalu berjalan beriring. Kita tidak
bisa memilih untuk menjalaninya salah satu. Karena, inilah kehidupan.
Memang tidak mudah ketika bertemu
dengan batu sebagai hambatan. Tapi mau tidak mau kita harus melewatinya. Dan
tenanglah! Banyak pelajaran yang dapat dipetik.
Bunga dan batu ini dapat membentuk
ataupun mengubah sikap dan kepribadian yang menemukannya di perjalanan.
Misalnya saja kesabaran dapat timbul dari dia yang awalnya tidak bisa bersikap
sabar. Kedewasaan dapat muncul dari dia yang awalnya kekanak-kanakan. Ketegaran
dapat muncul dari dia yang awalnya lemah. Keberanian dapat muncul dari dia yang
awalnya penakut. Pengertian dan respek dari dia yang awalnya acuh.
Kondisi di atas tidak dapat muncul
secara otomatis. Tapi melalui proses dan usaha. Ia tidak semata dilakukan
dengan jalan positive thinking, namun
positive feeling menjadi penting pula
untuk dilakukan. Hasilnya adalah menjadi lebih mungkin bagi kita untuk
mendapatkan perubahan sikap dan kepribadian yang lebih baik.
Hasil dari perpaduan hubungan yang
harmonis dan mengalami masalah dalam sebuah hubungan membutuhkan kerjasama yang
bersinergi dari mereka yang menjalaninya. Kerjasama yang bersinergi merupakan
kesepakatan antara kedua belah pihak, bukan berjalan sendiri-sendiri. Kerjasama
yang bersinergi dapat dimulai dengan saling mendengarkan, saling memahami,
saling menghargai, dan saling mendukung. Kerjasama yang bersinergi dan
dilakukan dengan baik akan berbuah manis. Layaknya kutipan tentang kesabaran
yang ditulis A.Fuadi dalam novelnya “Ranah Tiga Warna”, bahwa proses kesabaran
itu memang tidak mudah dan kadang pahit, namun buahnya jauh lebih manis
daripada madu.
Pekalongan, 17
Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar